Sunday, July 6, 2008

PON XVII dan Semangat Kita...!

Euro 2008 sudah berlalu dengan membawa kekecewaan. Spain membuktikan bahwa permainan yang konsisten adalah kunci untuk dapat memenangkan sebuah kejuaraan. Sesuatu yang gagal diperagakan oleh Belanda, Jerman, dan Italia, 3 negara yang secara tradisi adalah unggulan-unggulan sebuah turnamen. Saya sendiri yang menyukai total football Belanda, kecewa berat dengan permainan mereka saat melawan Rusia yang dengan apik mem-plagiat cara bermain mereka.
Well, sudahlah, mari kita tinggalkan Euro 2008 yang seandainya kita letakkan di tempat yang semestinya bukanlah pesta kita Bangsa Indonesia. Saat ini justru seharusnya kita yang sedang berpesta dengan digelarnya PON XVII di Kalimantan Timur. Sebuah event olah raga terbesar di tanah air yang pembukaannya dilakukan Presidan SBY ini ternyata tidak mendapatkan peliputan sebesar Euro 2008. Hanya TVRI yang melakukan siaran Live pembukaan dan beberapa pertandingan.
Ini adalah kebalikan dengan yang terjadi pada era Orde Baru. Setiap kali ajang PON diselenggarakan dipastikan semua televsi nasional akan merelay siaran langsungnya dari TVRI meliput atlit-atlit terbaik negeri ini berlaga. Lalu ajang bergengsi SEA Games. Semua orang akan larut bangga saat seorang atlit mampu menyumbangkan medali emas dan Indonesia Raya berkumandang seiring dikibarkannya Sang Merah Putih dengan megah. Atau jutaan warga akan ikut marah dan mencaci maki saat atlit Indonesia dicurangi oleh wasit saat bertanding melawan atlit tuan rumah. Tidak heran jika pada jaman Orde Baru Indonesia adalah langganan juara umum.
Sekarang?
Indonesia seperti kehilangan semua tajinya di pentas olah raga ASEAN (kita tidak usah bicara Asia apalagi dunia). Jangankan bersaing dengan Thailand, superioritas kita sudah digerogoti oleh Vietnam dan Singapore. Malaysia juga tetap menjadi saingan berat kita. Dunia olahraga kita seperti jalan di tempat, stagnan!
Terlalu banyak yang salah dengan pembinaan atlit kita mungkin. Namun kesalahan pada penanaman rasa kebangsaan kita juga begitu besar. Manajemen bonus membuat banyak atlit kita yang hanya bermain berdasarkan bonus. Semakin tinggi bonusnya, semakin bersemangat mereka bermain. Dengan manjemen uang ini juga yang membuat televisi-televisi kita ogah menyiarkan pertandingan di event PON dan SEA Games. Alasannya sudah pasti, sponsorship dan ratingnya kecil. Dengan begitu lebih baik mereka menggunakan budgetnya untuk membiayai siaran langsung semacam EURO 2008 yang meskipun mahal sekali tapi mampu menangguk untung.
Bangsa kita mungkin memang sedang dalam masa gelapnya. Reformasi 2008 hanya berhenti dengan pelengseran Pak Harto dan bukan pemberangusan mis-managemen bangsa ini. Hasilnya, korupsi adalah sesuatu yang lumrah dan harus dilakukan oleh pemerintah, DPR, dan lembaga-lembaga lain. Demokrasi kita berhenti pada penyelenggaraan pemilu dan pilkada yang menelan biaya luar biasa. Harga-harga kebutuhan yang semakin membumbung tinggi adalah bukti bahwa reformasi masih gagal untuk membela rakyatnya sendiri.
Saya kangen menyanyikan lagu Garuda Pancasila bersama-sama dengan lantang. Saya kangen memberikan hormat pada Sang Merah Putih di atas tiang. Saya kangen melihat bangsa ini bersatu dan berkata; "Aku adalah Indonesia, Indonesia adalah aku...!".

(searching for solution mode is on...!)


No comments:

"Semangatku satu, untukmu Indonesiaku…!”

"Semangatku satu, untukmu Indonesiaku…!”
~ picture by hangga ranuwidjaja ~